Dari kata “Diferensiasi” memiliki arti bahwa suatu produk atau jasa tidak saja diakui keberbedaannya dengan produk atau jasa lain yang sudah ada, melainkan juga merupakan satu titik keunggulan apabila dibandingkan yang produk atau jasa yang lainnya. Tetapi, diferensiasi tidak berarti “hanya asal berbeda”, sehingga kalau sudah berbeda berarti pasti memiliki titik keunggulan yang dimaksud? Tentu saja tidak.
Kata “Berbeda” dapat diartikan dalam konteks dari sudut pandang yang sangat luas. Berbeda dalam artian fisik atau proses dapat dikenali dengan mudah, karena perbedaan itu bisa saja dalam bentuk, tampilan, ukuran, dan fungsi. Tetapi perbedaan dalam konteks ini bukan seperti itu, pada saat yang sama, akan bermakna sekuat apa yang dimaksud dengan diferensiasi di atas apabila dibandingkan dengan produk atau jasa yang sejenis.
Dalam konteks yang spesifik tentang diferensiasi, tanpa perbedaan fisik pun sebenarnya dapat memiliki titik keunggulan, misalnya saja suatu produk yang sama bentuknya, sama tampilannya, tetapi sangat mungkin memiliki perbedaan yang sangat mencolok dari segi kualitasnya. Ketika perbedaan pada kualitas itu sudah tampak begitu nyata, maka hal itu tentu saja otomatis akan dapat menimbulkan diferensiasi yang sangat jelas, sehingga penerimaan konsumen pun akan mampu membedakannya. Sehingga muncullah sebutan “produk yang berkualitas” dan produk yang “tidak berkualitas”.
Sementara kualitas sendiri dapat difahami secara lebih rinci melalui berbagai metodologi pengukuran yang dilakukan, misalnya seperti : TQM (Total Quality Management), JIT (Just in Time), Six Sigma dan lain sebagainya. Tetapi secara prinsip bahwa kualitas merupakan “sesuatu yang sangat diharapkan” konsumen dari produk atau jasa yang dibelinya. Dan konsumen akan rela membayar berapapun harganya untuk setiap jasa atau produk yang sangat berkualitas ini.
Lebih dari itu, kualitas tidak selalu terdapat pada saat yang sama, pasti sebelumnya sudah sebanding dengan merek. Jika merek yang terkenal sudah pasti berkualitas (sudah terpercaya dimata customer). Tetapi, sebaliknya, suatu produk atau jasa tentu akan banyak diminati oleh konsumen dan otomatis akan menjadi terkenal, salah satunya karena faktor “berkualitas”.
Misalnya kita ambil contoh : sepasang jas, yang satu di jahit oleh penjahit ternama dan bermutu, sedang yang lainnya di jahit di penjahit biasa saja dan belum terkenal. Secara prosedur, menjahit sepasang jas relatif sama. Begitu juga bentuknya pun dapat dibuat sama dan dengan menggunakan jenis kain yang sama, serta benang jahit yang juga sama.
Sedangkan pertanyaannya adalah : apakah hasil jahitannya akan juga sama? Boleh jadi memang relatif sama. Namun kenyataannya, sangat berbeda. Sekilas dari segi tampilannya mungkin sama, tetapi sesungghunya berbeda. Kebanyakan orang lebih sering menyebutnya dengan “berbeda kualitas”. Perbedaan kualitas ini pula yang kemudian dianggap sebagai diferensiasi yang kuat dan dipercaya oleh konsumen.
Kualitas tidak semata-mata merupakan suatu “perceive value (melihat nilai)” yang diterima oleh konsumen sebagai sesuatu yang baik, bagus. Karena kualitas dapat diukur, dibandingkan dan disadari “keberadaannya”nya dalam suatu jasa atau produk. Ada juga yang menyebutnya sebagai kualitas lebih terkait dengan “taste”. Meskipun dari sisi prosedurnya adalah sama, tetapi (rasa) taste-nya berbeda, maka dari itu akan melahirkan satu produk atau jasa yang sangat mencolok perbedaannya.
Agar dapat memiliki diferensiasi memang tidak hanya berdasar karena adanya perbedaan kualitas. Melainkan, masih banyak aspek lain yang kemudian bisa membuat perbedaan antara satu produk atau jasa dengan produk atau jasa lainnya.
Diferensiasi, di sisi lain, juga dapat dilihat dari segi segmen pasar yang akan dituju. Semakin nyata diferensiasi yang dimiliki, maka sangat boleh jadi segmen pasar yang dituju akan sangat berbeda atau lebih tajam persaingannya apabila dibandingkan dengan produk atau jasa lain yang dianggap berbeda itu.
Jenis produk yang sama, tetapi terdiferensiasi oleh fungsionalitas yang beragam dan kualitas yang lebih tinggi. Misalnya saja dalam produk-produk elektronik kita sering mengenal ada yang diebut dengan produk “low-end” dan ada juga dengan produk yang disebut dengan “high-end”. Biasanya hal itu muncul dalam bentuk penawaran yang berbeda dan dengan harga jual yang berbeda pula, umumnya dari segi harga dan kualitasnya jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan produk yang lainnya. Karena diyakini terdapat kualitas tertentu didalamnya.
Dipercayai bahwa diferensiasi dapat menyebabkan konsekuensi tersendiri : baik itu dari segi harga, kepercayaan konsumen, peningkatan penjualan, dan loyalitas atau, bahkan, fanatisme dari para konsumen, khususnya para pelanggan-pelanggan lama. Dieferensiasi juga dapat mendorong perlakuan dan penanganan yang berbeda, yang dianggap sesuai dengan nilai yang terdapat didalamnya.
Dalam konteks teknologi informasi (TI), diferensiasi dapat juga dilihat dari segi “bagaimana” kita memberikan solusi atas “apa” masalah sesungguhnya yang dihadapi seseorang atau sekelompok orang, melalui pemanfaatan TI tersebut.
Memberikan solusi dengan cara-cara yang standar dan sesuai dengan prosedur saja dan tidak pada saat yang sama melahirkan diferensiasi. Karena, dengan diferensiasi, semestinya jawaban atau solusi yang diberikan sudah mampu untuk lebih dari cukup untuk memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang sedang dihadapi secara lebih baik, lebih cepat, lebih tepat sehingga disebut lebih berkualitas.
CV. Groedu Inti Global Inovasi (Groedu Trainer Pengembangan SDM)
Cito Mall – Jl. A. Yani 288 (Bunderan Waru), Lantai UG, US 23, No. 3 & 5 Surabaya.
Telepon : 031-33311179
Hp : Frans : 0818521172 / Burhan : 088217561006
Fast Resopon Email : groedu_inti@hotmail.com
Sumber Utama : http://www.ebizzasia.com/0107-2003/viewpoint,0107.htm