Piutang usaha adalah hak perusahaan untuk menerima pembayaran dari pelanggan atas barang atau jasa yang telah disediakan. Piutang usaha merupakan salah satu aset lancar yang penting bagi perusahaan, karena menunjukkan potensi arus kas masuk. Namun, piutang usaha juga memiliki risiko, seperti keterlambatan pembayaran, piutang tak tertagih, atau penurunan nilai piutang. Oleh karena itu, perlu adanya pengukuran dan penghitungan yang tepat untuk mengelola piutang usaha secara efektif.
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa faktor yang mempengaruhi pengukuran dan penghitungan piutang usaha, serta cara menghitung rasio perputaran piutang, yang merupakan salah satu indikator kinerja piutang usaha. Mari kita mulai!
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran dan Penghitungan Piutang Usaha
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mengukur dan menghitung piutang usaha, yaitu:
- Total Penjualan: Total penjualan adalah jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan dari aktivitas usaha maupun non-usaha. Total penjualan menentukan jumlah piutang usaha yang timbul, karena semakin besar penjualan, semakin besar pula piutang usaha yang harus ditagih. Total penjualan juga dapat dibedakan menjadi penjualan tunai dan penjualan kredit. Penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan dengan syarat pembayaran tertentu, misalnya 30 hari, 60 hari, atau 90 hari. Penjualan kredit akan meningkatkan piutang usaha, sedangkan penjualan tunai akan mengurangi piutang usaha.
- Invoice: Invoice adalah dokumen yang diterbitkan oleh penjual kepada pembeli yang berisi rincian barang atau jasa yang disediakan, jumlah yang harus dibayar, tanggal jatuh tempo, dan informasi lainnya. Invoice merupakan bukti utang yang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual. Invoice juga digunakan sebagai dasar untuk mencatat piutang usaha di buku besar perusahaan. Invoice harus dibuat dengan akurat dan jelas, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau perselisihan antara penjual dan pembeli.
- Estimasi Piutang Tak Tertagih: Estimasi piutang tak tertagih adalah perkiraan jumlah piutang usaha yang tidak akan dapat ditagih atau dibayar oleh pembeli. Estimasi piutang tak tertagih dibuat berdasarkan pengalaman masa lalu, kondisi ekonomi, karakteristik pelanggan, dan faktor lainnya. Estimasi piutang tak tertagih digunakan untuk mengurangi nilai piutang usaha, sehingga mencerminkan nilai yang wajar dan realistis. Estimasi piutang tak tertagih juga disebut sebagai piutang ragu-ragu, allowance for doubtful accounts, atau allowance for bad debts.
- Rasio Perputaran Piutang: Rasio perputaran piutang adalah rasio yang mengukur seberapa cepat perusahaan dapat menagih piutang usaha dari pelanggan. Rasio perputaran piutang menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola piutang usaha. Rasio perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan dapat menagih piutang usaha dengan cepat, sehingga meningkatkan arus kas masuk. Sebaliknya, rasio perputaran piutang yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan dalam menagih piutang usaha, sehingga menurunkan arus kas masuk.
Cara Menghitung Rasio Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus berikut:
Rasio Perputaran Piutang=Piutang Usaha Rata-rataPenjualan Kredit Bersih
Penjualan kredit bersih adalah penjualan kredit yang dikurangi dengan retur penjualan, diskon penjualan, dan potongan penjualan. Piutang usaha rata-rata adalah rata-rata piutang usaha pada awal dan akhir periode yang diamati, misalnya satu tahun, satu kuartal, atau satu bulan.
Berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung rasio perputaran piutang:
- Tinjau neraca Anda. Cari jumlah piutang usaha pada awal dan akhir periode yang diamati. Jumlahkan kedua nilai tersebut, lalu bagi dengan dua untuk mendapatkan piutang usaha rata-rata.
- Hitung penjualan kredit bersih. Cari jumlah penjualan kredit pada laporan laba rugi. Kurangi dengan jumlah retur penjualan, diskon penjualan, dan potongan penjualan yang terkait dengan penjualan kredit. Hasilnya adalah penjualan kredit bersih.
- Bagilah penjualan kredit bersih dengan piutang usaha rata-rata. Hasilnya adalah rasio perputaran piutang.
Contoh: Perusahaan ABC memiliki piutang usaha sebesar Rp 100 juta pada awal tahun 2024, dan Rp 120 juta pada akhir tahun 2024. Perusahaan ABC juga memiliki penjualan kredit sebesar Rp 800 juta, retur penjualan sebesar Rp 20 juta, diskon penjualan sebesar Rp 10 juta, dan potongan penjualan sebesar Rp 5 juta pada tahun 2024. Berapakah rasio perputaran piutang perusahaan ABC pada tahun 2024?
Jawab:
- Piutang usaha rata-rata = (Rp 100 juta + Rp 120 juta) / 2 = Rp 110 juta
- Penjualan kredit bersih = Rp 800 juta – Rp 20 juta – Rp 10 juta – Rp 5 juta = Rp 765 juta
- Rasio perputaran piutang = Rp 765 juta / Rp 110 juta = 6,95
Artinya, perusahaan ABC dapat menagih piutang usaha sebanyak 6,95 kali dalam satu tahun.
Penutup
Demikianlah artikel tentang cara mengukur dan menghitung piutang usaha. Piutang usaha merupakan aset lancar yang penting bagi perusahaan, namun juga memiliki risiko yang harus dikelola dengan baik. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran dan penghitungan piutang usaha, serta menghitung rasio perputaran piutang, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan kinerja piutang usaha. Semoga artikel ini bermanfaat dan informatif bagi Anda. Terima kasih telah membaca!