Saat ini, ada generasi pengguna baru yaitu Generasi Z yang hidupnya lebih banyak dimainkan di media sosial daripada offline. Juga dikenal sebagai Gen Z, ini adalah orang-orang yang lahir antara tahun 1995 dan 2010. Pengguna Gen Z merasa nyaman mengumpulkan dan merujuk silang informasi dari berbagai sumber, di berbagai perangkat.
Berkekuatan sekitar 80 juta orang, Gen Z dengan cepat menjadi generasi terbesar yang pernah ada dalam sejarah manusia. Pengguna Gen Z adalah yang paling lancar dalam komunikasi online dan Sangat Online. Adalah bijaksana bagi pemasar untuk memahami bagaimana Gen Z berpikir dan bagaimana memasarkan kepada mereka karena mereka adalah target audiens masa depan.
Siapa Gen Z itu?
Gen Z lebih terbiasa dengan konten bermerek: Mereka telah terpapar ke Internet melalui media sosial, layanan streaming, dan game smartphone. Semua platform ini menampilkan iklan kepada pengguna, sesuatu yang sudah biasa mereka lakukan sejak awal. Pengguna ini tidak keberatan menonton iklan sebelum mereka mendapatkan konten sebanyak generasi sebelumnya. Ini sebagian besar disebabkan oleh fakta bahwa kebanyakan dari mereka tidak pernah mengetahui pengalaman internet yang tidak memiliki iklan. Sebaliknya, mereka telah terpapar merek melalui pemasaran konten dan influencer. Teman mereka berbagi konten bermerek dan orang yang mereka ikuti di media sosial menunjukkan produk yang dapat mereka beli. Ini membuka peluang bagus untuk pemasaran konten di masa depan.
Pengguna Gen Z berperilaku berbeda di setiap platform: Pengguna Gen Z memahaminya lebih baik daripada siapa pun bahwa Anda tidak dapat menggunakan konten dan pesan yang sama di semua saluran media sosial. Ini mencerminkan cara mereka membagikan konten mereka sendiri dan juga cara mereka mengonsumsi konten. Mereka membagikan konten terbaik mereka di Instagram dan menyimpan lebih sedikit bagian yang difilter untuk Snapchat. Mereka akan mengonsumsi berita di Twitter dan hiburan di Facebook tetapi tidak pernah sebaliknya. Ini menunjukkan kepada pemasar bahwa mereka perlu menyesuaikan perpesanan dengan sengaja dan menciptakan pengalaman yang dipersonalisasi yang menarik bagi pengguna Gen Z.
Pengguna Gen Z berpendirian keras dan pintar dalam menemukan pemalsuan: Menurut penelitian, pengguna Gen Z peduli tentang ‘cause marketing’ dan memiliki pendapat yang kuat tentang isu-isu seperti perubahan iklim dan kesetaraan gender. Mereka lebih memilih merek yang mendukung pandangan mereka. Mereka cerdas dalam mengidentifikasi apakah merek benar-benar peduli dengan penyebabnya atau hanya berpura-pura sebagai pertunjukan. Pengguna Gen Z memiliki keterampilan untuk menggali lebih dalam akun selebritas dan mengungkap postingan bermasalah dari tahun-tahun sebelumnya yang mengungkap warna sebenarnya dari orang tersebut. Insiden semacam itu adalah pesan yang jelas bagi merek dan pemberi pengaruh untuk bersikap autentik tentang apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan dan berhati-hati dalam hal menyebabkan pemasaran.
Pengguna Gen Z peduli dengan konten, bukan platform: Menurut penelitian, 34% konsumsi video harian untuk pengguna Gen Z berasal dari YouTube sementara hanya 27% dari Netflix. Para pengguna ini tidak khawatir di mana mereka menghabiskan waktu untuk konten yang menghabiskan waktu. Data dari thedrum.com, pengguna ini rata-rata menonton 68 video sehari di semua platform media sosial. Mereka sangat jelas tentang cara mereka mengonsumsi konten, yaitu jika mereka menyukainya, mereka akan membagikannya.
Bagaimana Memasarkan ke Gen Z?
Memahami perilaku Gen Z memberi peluang bagi pemasar untuk menyusun strategi pemasaran yang disesuaikan dengan target audiens di masa depan. Pemasar dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk mempromosikan produk dan layanan merek:
• Pemasaran Video: Gen Z lebih memilih video sebagai media utama mereka untuk konsumsi konten. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk menonton video daripada kaum milenial di berbagai platform media sosial dan layanan streaming. YouTube terutama akan menjadi besar karena banyak digunakan untuk tujuan hiburan.
• Native Ads: Audiens Gen Z lebih terbuka terhadap Native Ads di platform media sosial. Menurut penelitian, mereka 15% lebih acuh tak acuh terhadap iklan daripada milenial dan menyebut YouTube sebagai platform iklan pilihan mereka karena melibatkan iklan video.
• Konten Relatable: seperti yang disebutkan, pengguna Gen Z tertarik pada konten yang menurut mereka relevan dan membagikan konten yang menurut mereka menyenangkan. Beri mereka konten yang akan menarik perhatian mereka dan mudah diingat.
Memahami nadi demografis ini akan menjadi kunci bagi pemasar di masa depan karena audiens Gen Z akan menjadi target audiens bisnis ke depan. Semoga bermanfaat. Kami membuka layanan konsultasi mengenai bisnis silakan hubungi kami langsung dinomor whatsapp 0812-5298-2900. Kami siap membantu Anda.